Harita Nickel Tegaskan Komitmen Lingkungan Di Tengah Meningkatnya Permintaan Nickel Dunia

Klikdua –Halsel, Isu keberlanjutan lingkungan di sektor pertambangan semakin menjadi perhatian di tengah meningkatnya kebutuhan global terhadap nikel sebagai bahan baku baterai dan stainless steel. Tidak hanya soal produksi saja, perusahaan tambang juga menaruh perhatian lebih pada pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab Sabtu/19/04/25.

Di Pulau Obi terdapat pertambangan nikel yang terintegrasi dengan proses dan pengolahannya, Harita Nickel. Perusahaan yang berkomitmen dalam pembangunan berkelanjutan dengan mengedepankan pengelolaan lingkungan selama lebih dari 10 tahun.

Harita Nickel memiliki dua jenis industri proses pengolahan nikel yaitu pirometalurgi dan hidrometalurgi yang telah beroperasi. Tiga pabrik pirometalurgi atau smelter memiliki teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang menghasilkan produk feronikel.

Selain RKEF, Harita Nickel memiliki dua pabrik hidrometalurgi dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) untuk mengolah bijih nikel kadar rendah atau limonit menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang dapat diproses selanjutnya menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat.

“Sekarang dengan dengan lagi boomingnya isi baterai maka otomatis permintaan akan ini tentunya akan semakin besar,” kata Head of Technical Support Harita Nickel.

Harita Nickel telah meningkatkan kapasitas pabrik HPAL dan telah memproduksi bahan baku baterai kendaraan listrik secara mandiri sesuai kebutuhan pasar dunia. Proses pertambangan Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, selalu mengedepankan komitmen dalam pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.

Ragam jenis tanaman lokal telah ditanam. Butuh waktu sekitar 4-5 tahun penghijauan akan dapat kembali terlihat dan dirasakan.

Bentuk pengelolaan lainnya terlihat pada sisa hasil pengolahan pada smelter RKEF. Butiran yang terlihat seperti pasir itu disebut slag nikel yang saat ini sudah dapat diolah menjadi material bermanfaat sebagai langkah pengelolaan lingkungan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

Selanjutnya, pengelolaan air di sekitar area pertambangan terlihat dari kolam-kolam endapan ini atau kerap disebut dengan sediment pond. Dengan menggunakan dua bahan utama, koagulan dan flokulan, maka material halus atau lumpur akan terendapkan ke dasar kolam yang selanjutnya akan direklaim dan dikembalikan ke lokasi bekas tambang.

Pengecekan berkala dilakukan di perairan ini. Hasilnya, kualitas air laut masih sesuai dengan baku mutu lingkungan yang menunjukkan kualitas air jernih dan bersih.(**)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *