Klikdua, Halbar -Gunung Ibu di Maluku Utara kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya dengan erupsi yang terjadi pada 12 Maret 2025 pukul 17:44 WIT. Letusan ini menghasilkan kolom abu setinggi ±1.200 meter di atas puncak atau sekitar 2.525 meter di atas permukaan laut. Abu yang berwarna kelabu dengan intensitas tebal terpantau condong ke arah selatan.
Erupsi ini terekam dalam seismogram dengan amplitudo maksimum 28 mm dan durasi sekitar 1 menit 15 detik. Berdasarkan pemantauan terbaru, Gunung Ibu saat ini berada pada Status Level III (Siaga), yang berarti ada potensi erupsi lebih lanjut yang dapat berdampak pada lingkungan sekitar.
Dalam menghadapi kondisi ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan beberapa rekomendasi penting:
1. Zona Bahaya: Masyarakat dan wisatawan dilarang beraktivitas dalam radius 4 km dari kawah utama dan 5 km di sektor utara, yang merupakan area rawan aliran lava atau lontaran material vulkanik.
2. Perlindungan Diri: Jika terjadi hujan abu, warga yang berada di luar rumah disarankan menggunakan masker dan kacamata untuk menghindari gangguan pernapasan serta iritasi mata.
3. Penyebaran Informasi: Seluruh pihak diminta menjaga ketenangan dan tidak menyebarkan hoaks atau informasi yang belum terverifikasi, guna menghindari kepanikan di masyarakat.
4. Koordinasi Pemerintah: Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat diharapkan terus berkomunikasi dengan PVMBG di Bandung atau Pos Pengamatan Gunung Ibu di Gam Ici untuk mendapatkan pembaruan data dan rekomendasi terkini.
5. Sumber Informasi Resmi: Masyarakat bisa mengakses perkembangan aktivitas Gunung Ibu melalui aplikasi Magma Indonesia, situs web Magma Indonesia (https://magma.esdm.go.id), serta media sosial resmi PVMBG.
Gunung Ibu merupakan salah satu gunung api paling aktif di Indonesia, dengan erupsi yang kerap terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Dengan status Siaga (Level III), ada kemungkinan peningkatan aktivitas yang perlu diwaspadai. Oleh karena itu, kesigapan masyarakat dan kesiapan mitigasi menjadi kunci utama dalam menghadapi potensi dampak erupsi lebih lanjut.
Para ahli menekankan bahwa meskipun erupsi ini belum menunjukkan tanda-tanda eskalasi ke level lebih tinggi, pemantauan yang ketat dan kepatuhan terhadap rekomendasi resmi sangat diperlukan. Dengan langkah mitigasi yang tepat, dampak buruk dari erupsi dapat diminimalisir, baik bagi kesehatan masyarakat maupun kelestarian lingkungan sekitar.(red)