Klikdua.com
WEDA – Kabupaten Halmahera Tengah menjadi salah satu daerah yang memiliki berbagai sumberdaya alam yang sangat menjanjikan.
Dalam penjelasannya, Penjabat Bupati Ikram M Sangadji mengatakan, terkait potensi sumberdaya pertambangan (nikel) itu tidak perlu memikirkan hilirisasi nikel, karena sudah ada input teknologi yang diterapkan. Pasalnya, tugas pemerintah mengatur manfaat bagi masyarakat dan mengawasi dampaknya terhadap lingkungan sosial dan lingkungan hidup. “Jika ada sesuatu yang dianggap kurang atau salah, tugas pemerintah untuk mengatur masalah tersebut agar segera dibenahi,” ucapnya.
Ikram mengatakan, kekayaaan alam Halmahera Tengah dari dimensi ruang ada 3 (tiga), yakni di laut ada sumber daya perikanan dan kelautan, di darat ada sumber daya lahan untuk pertanian dan perkebunan, serta di dalam tanah ada sumber daya mineral. Ini suatu karunia yang diberikan Tuhan. “Jika kita tidak mampu mengelolanya, harus membuka kerjasama dengan pihak lain agar sumber daya alam dapat dirasakan manfaatnya oleh rakyat di seluruh dunia, karena yang namanya perdagangan tidak ada batas wilayah,” ujarnya.
Dalam rangka percepatan target swasembada pangan untuk menjadikan Halmahera Tengah sebagai penghasil pangan bagi Halteng dan daerah sekitarnya. “Pemda Halteng telah menggenjot 100 ha lahan sawah yang saat ini telah ditanami padi varietas Inpari 32. Pada Periode September hingga Oktober 2023 produksi padi mencapai 176 ton, di tahun 2024 ini periode yang sama akan kita hasilkan 350 ton,” pungkasnya.
Lahan kebun dan lahan pekarangan desa saat ini sudah mencapai 112 hektar dari tahun sebelumnya, yang hanya 83 Hektar. Lahan ini untuk varietas pangan cabai, singkong, ubi jalar, kacang tanah dan sayuran. “Karena itulah, saat harga cabai mencapai 200 ribu per kilogram pada bulan desember hingga awal Januari 2024, IPH Halteng berada pada -0,2 persen,” katanya.
Halteng memiliki lahan tidur seluas 350 hektar bekas lahan PTPN, saat ini telah dimanfaatkan 45 hektar dari target 100 hektar untuk jagung hybrida. Lahan terus dibuka dan ditanam hingga mencapai target 100 hektar.
Jagung hybrida merupakan jagung yang produktif, dapat menghasilkan 8-9 ton/hektar, sehingga sesuai jadwal panen pada bulan Maret 2024 akan menghasilkan 382 ton dengan harga Rp. 8.000/kg dan akan dipasarkan ke Jawa atau bisa diekspor.
Kawasan food estate jagung hybrida di desa Sosowomo memperkerjakan 150 petani dengan pendapatan Rp. 150.000/orang/hari. “Nantinya pada saat panen pendapatan mereka akan bertambah dan tentunya jumlah petani yang terlibat juga akan bertambah,” tutup Ikram. (udy/FM)