“Bijak dalam Pejuang Pemikir- Pemikir Pejuang”
Ternate – Memahami arti kebijaksanaan bisa kita mulai dari mengenal definisi katanya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijaksanaan adalah kemampuan menggunakan pikiran (pengalaman dan pengetahuan), kemampuan bertindak ketika menghadapi kesulitan.
Ardelt (2003) menggambarkan kebijaksanaan sebagai kombinasi dari sifat-sifat kepribadian kognitif, introspektif, dan emosional. Singkatnya, kebijaksanaan adalah aspek perkembangan kognitif yang terkait dengan proses berpikir yang memungkinkan seseorang untuk beradaptasi dengan situasi kehidupan.
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia atau disingkat GMNI yang lahir pada Tahun 1954, yang lahir melalui peleburan tiga Organisasi Kemahasiswaan. Kini bertanda bahwa GMNI telah mengekspresikan sikap bijaknya. GMNI melalui Api perjuangannya, menjadikan kepala banteng sebagai bentuk kekuatan untuk mencapai kebijaksanaan dan keadilan sosial.
Banteng dalam eksistensi dan filosofinya kini terdapat dalam tubuh Pancasila yang menganut makna ” Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.” Banteng disebut juga sebagai hewan sosial yang kerap berkerumun. Seperti halnya musyawarah yang dilakukan dengan berkumpul bersama-sama untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Melalui aspirasi yang terkandung dalam Azas doktrin Perjuangan GMNI ” Berjuang untuk Rakyat dan berjuang bersama- sama Rakyat”, yang sampai saat ini tidak ada hentinnya dalam setiap semangat Kader untuk mencapai kebijaksanaan sosial.
Di sisi lain GMNI juga menganut Paham Marhaen yang sangat- sangat mengandung Kebijaksanaan dan cita-cita untuk kesejahteraan Sosial. Secara istilahnya dicetuskan oleh Bung Karno. Menurut Bung Karno, Marhaenisme berasal dari nama seorang petani kecil yang ditemuinya di sebuah desa dekat Bandung sewaktu Bung Karno masih menjadi mahasiswa. Dari percakapan itu, Bung Karno mendapat inspirasi untuk menyebut rakyat kecil dengan nasib yang sama sebagai kaum marhaenis. Sehingga dalam Pidato pembelaannya, Bung Karno mengaitkan prinsip- prinsip marhaenisme dengan dua ide lain. Pertama, sosio- nasionalisme, sosio- demokrasi yang disebut juga nasionalisme dan demokrasi Marhaen.
GMNI dan Kebijaksanaan sosial, secara realistis ini juga di Praktekkan oleh Ketua Imanuel dan Jajarannya selaku Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang masih tetap pada prinsip konstitusi GMNI dan orientasi perjuangan mereka selalu terlihat berkiprah pada kemaslahatan Bangsa. (Princes)
Penulis : Bung Asyadi S. Lajim